OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan
di sektor perikanan mengacu kepada pembangunan Nasional yang di selaraskan
dengan kondisi wilayah dengan tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah
dalam mendukung konsep untuk meningkatkan daya tahan ke daerahan atas dasar
kekuatan sendiri. Perairan tawar Indonesia sebagai perairan tropis, memiliki
plasma nuftah perikanan yang sangat banyak. Spesies ikan air tawar sangat
beragam, ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Sebagian
diantaranya dapat dijadikan ikan hias dan sebagian lagi dijadikan ikan
konsumsi, terutama ikan yang berukuran besar.
Kalimantan Tengah pada umumnya dan
Kabupaten Seruyan pada khususnya memiliki potensi yang sangat besar dibidang
perikanan sehingga dengan potensi yang dimiliki ini dapat meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tersebut dengan
semaksimal mungkin, baik itu untuk perikanan budidaya maupun perikanan tangkap.
Upaya yang dilakukan untuk menuju kesejahteraan tersebut diatas, salah
satunya adalah dengan perencanaan pengembangan kawasan sentra produksi unggulan
yang merupakan ruang untuk sektor – sektor strategis yang diharapkan dapat
mendorong percepatan hasil produksi perikanan dengan perkembangan wilayah.
Sektor budidaya merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan wilayah
tersebut, sehingga dapat memperoleh hasil yang benar – benar maksimal.
Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal
ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.
Sebagaimana
ilmu – ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat
ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan
kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organisme dan fungsi sel
diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi ikan dan proses
reproduksinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Anonim (2006), ikan adalah hewan
berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan
sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana
tempat mereka tinggal.Yushinta Fujaya (2004), ikan sebagai hewan air memiliki
beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan
habitat menyebabkan perkembangan organ – organ ikan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Misalnya, sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar
maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapatmengetahui kekuatan maupun
arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea
lateral.
2.2 Teknologi Budidaya
Menurut Irzal Effendi (2010), sistem
teknologi akuakultur didefinisikan sebagai wadah produsi beserta komponen
lainnya dan teknologi yang diterapkan pada wadah tersebut serta bekerja secara
sinergis dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Sedikitnya
terdapat 13 sistem akuakultur yang sudah diusahakan untuk memproduksi ikan.
Sistem tersebut adalah kolam air tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung,
jarring tancap, karamba, kombongan, penculture, enclosure, longline, rakit,
bak-tangki-akuarium, dan ranching (restocking).
Menurut Khairul Amri, et al (2008)
ada 4 (empat) cara pembenihan tawes yang biasa dilakukan, yaitu pembenihan
secara tradisional, cara tradisional yang diperbaiki, cara hypofisasi (kawin
suntik), dan pemijahan ala cangkringan.
2.3 Reproduksi
Yushinta
Fujaya (2004), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan
keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk
dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan
gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang
menjadi generasi baru.
Menurut
Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu menghasilkan keturunan,
namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup
di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan
merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan
mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan
berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bisa bereproduksi
lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Menurut Anne
Ahira (2011), cara reproduksi ikan ada antara lain :
1. Ovipar,
yaitu sel telur dan sel sperma
bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk.
Contoh : ikan pada umumnya.
2. Vivipar, kandungan kuning telur
sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan
placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa.
3. Ovovivipar,
sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh
ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan
livebearers.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Seksualitas
Secara umum
ikan dapat dibedakan atas dua jenis yaitu jantan dan betina
(biseksual/dioecious) dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang
sama. Istilah lain untuk keadaan ini disebut gonokhoristik yang terdiri atas
dua kelompok yaitu :
1. Kelompok
yang tidak berdiferensiasi, artinya pada waktu juvenil, jaringan gonad belum
dapat diidentifikasi apakah berkelamin jantan atau betina.
2. Kelompok
yang berdiferensiasi, artinya sejak juvenil sudah tampak jenis kelaminnya
apakah jantan atau betina.
Selain
gonokhoristik, dikenal pula istilah hermafrodit yang artinya di dalam tubuh
individu ditemukan dua jenis gonad (jantan dan betina). Bila kedua jenis gonad
ini berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang
bersamaan atau bergantian maka jenis hermafrodit ini disebut hermafrodit
sinkroni. Contoh ikan yang bersifat seperti ini adalah Serranus cabrilla,
Serranus subligerius dan Hepatus hepatus. Ikan yang termasuk golongan ini
adalah Sparrus auratus dan Pagellus centrodontus.
Bila pada
awalnya berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina
maka disebut sebagai hermafrodit protandri. Sedangkan hermafrodit protogini
adalah istilah untuk individu yang pada awalnya berkelamin betina, namun
semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan seperti dijumpai pada ikan
belut, Fluta alba.
Perbedaan
seksualitas pada ikan dapat dilihat dari ciri-ciri seksualnya. Ciri seksual
pada ikan terbagi atas ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Ciri
seksual primer adalah alat/organ yang berhubungan dengan proses reproduksi
secara langsung. Ciri tersebut meliputi testes dan salurannya pada ikan
jantan serta ovarium dan salurannya pada ikan betina. Ciri seksual primer
sering memerlukan pembedahan untuk melihat perbedaannya. Hal ini membuat ciri
seksual sekunder lebih berguna dalam membedakan jantan dan betina meskipun
kadangkala juga tidak memberikan hasil yang nyata.
Ciri seksual
sekunder terdiri atas dua jenis yaitu yang tidak mempunyai hubungan dengan
kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan merupakan alat tambahan pada
pemijahan. Bentuk tubuh ikan merupakan ciri seksual sekunder yang penting.
Biasanya ikan betina lebih buncit dibandingkan ikan jantan, terutama ketika
ikan tersebut telah matang atau mendekati saat pemijahan (spawning). Hal
tersebut disebabkan karena produk seksual yang dikandungnya relatif besar. Pada
saat puncak pemijahan, tampak pada banyak ikan jantan suatu benjolan yang
timbul tepat sebelum musim pemijahan dan menghilang sesaat setelah pemijahan.
Contoh kejadian seperti ini dapat dilihat pada ikan minnow (Osmerus).
Ada juga ikan
yang memiliki sirip ekor bagian bawah yang memanjang pada ikan jantan
Xiphophorus helleri, sirip ekor yang membesar dijumpai pada ikan Catostomus
commersoni. Contoh yang sangat ekstrim dijumpai pada ikan anglerfish (Ceratias)
dimana ikan jantan jauh lebih kecil daripada ikan betinanya. Sebegitu kecilnya
sehingga ukurannya lebih kecil daripada ovarium ikan betina yang matang.
Ciri seksual
sekunder tambahan yang mencirikan ikan jantan pada beberapa spesies, dalam hal
ini sirip anal berkembang menjadi alat kopulasi (intromittent). Gonopodium
terdapat pada ikan Gambusia affinis, Lobistes reticulatus dan ikan-ikan famili
Poeciliidae. Pada ikan Xenodexia, modifikasi sirip dada digunakan dalam
perkawinan untuk memegang gonopodium pada kedudukannya sehingga memudahkan
masuk ke dalam oviduct betina. Pada Chimaera jantan berkembang suatu organ
clasper di bagian atas kepalanya yang dinamakan ovipositor yang berfungsi
sebagai alat penyalur telur. Bentuk seperti ini dijumpai pada ikan Rhodeus
amarus dan Carreproctus betina.
Pewarnaan pada
ikan sering juga digunakan sebagai pengenal seksualitas. Umumnya ikan jantan
mempunyai warna yang lebih cemerlang daripada ikan betina. Pada ikan sunfish,
Lepomis humilis, jantannya mempunyai bintik jingga yang lebih terang dan lebih
banyak dibandingkan betinanya.
3.2 Perkembangan
gamet jantan
Alat kelamin
jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran-salurannya. Kelenjar kelamin
jantan disebut testis. Pembungkus testikular yang mengelilingi testis, secara
luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan lobular
yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam lobule yang
dikelilingi sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritif.
Saluran sperma
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berbatasan dengan testis, berguna untuk
membuka lobule (juxta-testicular part) dan bagian lainnya adalah saluran
sederhana yang menghubungkan bagian posterior testis ke genital papilla. Pada
beberapa ikan, misalnya ikan salmon, tidak memiliki kantung seminal, tetapi
pada bagian luar saluran sperma terdapat sel-sel yang berfungsi mengatur
komposisi ion-ion cairan seminal dan mensekresi hormon.
Perkembangan
gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap, yaitu
spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan
spermatogonium menjadi spermatid. Sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosis
spermatid menjadi spermatozoa. Awal spermatogenesis ditandai dengan
berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk
memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, yang
dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk
tetraploid (4n). Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua
spermatid haploid (n).
Proses
spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke
dalam saluran sperma. Pelepasan ini mungkin disebabkan oleh kenaikan tekanan
hidrostatik ke dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel
sertoli di bawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke
dalam sistem pengeluaran, di sini akan bercampur dengan cairan sperma.
Perangsangan
perkembangan sperma tidak terlepas dari peran serta hormon androgen, yaitu
testosteron. Sedangkan testosteron yang memegang peranan utama pada
spermatogenesis dan spermiasi adalah ketotestosteron. Ketotestosteron
selanjutnya akan merangsang sel-sel sertoli sehingga aktif menstimulasi
pembelahan mitosis spermatogonia dan menyempurnakan spermatogenesis.
3.3 Perkembangan
gamet betina
Perkembangan
gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis
diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan
mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan
meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II
oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.
Oogenesis
adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning
telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu :
kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan
tetesan minyak (oil droplet).Kantung kuning telur berisi
glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli.
Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil
droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil kolesterol.
Perkembangan
telur ikan secara umum meliputi empat tahap, yaitu awal pertumbuhan, tahap
pembentukan kantung kuning telur, tahap vitelogenesis dan tahap pematangan. Pertumbuhan
awal adalah terjadinya pelepasan hormon gonadotropin yang dicirikan dengan
bertambahnya ukuran nukleus dan jumlah nukleolus. Sejumlah besar dari RNA
disimpan dalam sitoplasma sel telur sebagai bekal bagi embrio untuk
menghasilkan protein dari dirinya sebagai cadangan.
Tahap
pembentukan kantung telur dicirikan dengan terbentuknya kantung atau vesikel.
Pada perkembangan telur selanjutnya, kantung kuning telur ini akan membentuk
kortikal alveoli yang berisi butir-butir korteks. Tahap ini juga dicirikan
dengan terbentuknya zona radiata, perkembangan ekstraseluler dan bakal korion.
Vitelogenesis
dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari luar
sel, yaitu kuning telur atau disebut juga vitelogenin. Vitelogenin ini
disintesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein-calcium kompleks dan hasil
mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selanjutnya kuning telur dibawa oleh
darah dan ditransfer ke dalam sel telur secara endositosis.
Selama proses
vitelogenesis terjadi penambahan ketebalan pada zona radiata, sel-sel granulosa
dan theca. Sel-sel theca bertanggung jawab dalam sintesis 17
-hydroxyprogesterone dan testosteron yang oleh sel-sel granulosa diubah menjadi
17 , 20 -dihydroxy-4-pregnen-3-3-one (17,20-p dan estradiol-17 ). Sirkulasi
estradiol-17 mengatur pengembangan beberapa gen vitelogenin dalam hepatosit
yang selanjutnya menghasilkan protein vitelogenin.
Tahap akhir
perkembangan telur adalah tahap pematangan, yakni setiap tahap pergerakan
germinal vesicle ke tepi dan akhirnya melebur (germinal vesicle breakdown) yang
selanjutnya membentuk pronuklei dan polar body II.
Proses ovulasi
terjadi dengan cepat setelah telur mengalami pematangan dan mengakibatkan
pecahnya dinding folikel, pada waktu bersamaan sel-sel mikrofil yang menutupi
lubang mikrofil berpisah sehingga spermatozoa dapat menembus korion setelah
telur dikeluarkan (oviposition). Pecahnya dinding folikel ini diduga disebabkan
oleh pengaruh hormon prostaglandin. Prostaglandin mungkin merupakan mediator
aksi gonadotropin terhadap ovulasi atau pecahnya dinding folikel.
Saat pertama
ikan mempunyai kemampuan bereproduksi (kematangan seksual) dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Terdapat perbedaan kematangan seksual antara masing-masing
spesies pada umur dan ukuran yang berbeda. Secara umum ikan-ikan mempunyai
ukuran maksimum kecil dan jangka hidup pendek, akan mencapai kedewasaannya pada
umur yang lebih muda daripada ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar.
Ikan Lebistes dan Gambusia affinis mencapai kematangan seksual pada umur kurang
dari satu tahun pada panjang kurang dari 2,5 cm. Banyak ikan yang mencapai
kedewasaan pada umur satu tahun.
Tetapi banyak
pula spesies ikan yang mencapai kematangan seksual pertama kali pada umur dua
sampai lima tahun, dengan panjang 3 sampai 12 inci bahkan lebih. Yang termasuk
kelompok ikan ini adalah ikan trout (Salmo), blackbass (Micropterus) dan
sunfishes (Lepomis).Sementara ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan
seksual pada umur 10-13 tahun dengan panjang lebih dari 60-100 cm. Ikan sturgeons
baru mencapai kematangan pada umur 15 tahun atau lebih dengan panjang satu
meter.
Bilamana ikan
sudah dewasa secara seksual, produk seksual akan matang dan kegiatan reproduksi
akan berlangsung. Banyak faktor yang mempengaruhi peristiwa ini, yang secara
garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang timbul dalam
diri ikan itu sendiri (faktor internal) dan yang berasal dari lingkungannya
(faktor eksternal). yang termasuk faktor internal antara lain jenis ikan dan
hereditasnya, makanan dan faktor fisiologiknya.
3.4 Pemijahan
Pada pemijahan
ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa terjadi dengan
dua cara. Cara pertama yaitu sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh
induk (fertilisasi eksternal). fertilisasi eksternal ini dilakukan misalnya
oleh ikan-ikan yang termasuk famili Cyprinidae, Anabantidae, dan Siluridae.
Cara yang kedua yaitu sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk
(Fertilisasi internal). Cara ini dijumpai pada ikan-ikan subklas Elasmobranchii
dan juga sebagian kecil golongan teleostei (misalnya Anablepidae dan
Poeciliidae). Untuk fertilisasi internal, beberapa alat digunakan oleh ikan
pada waktu melakukan kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tenaculum.
Jumlah telur
yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) umumnya jauh lebih banyak pada
ikan-ikan yang melakukan fertilisasi eksternal dibandingkan dengan ikan-ikan
yang melakukan fertilisasi internal. Hal ini merupakan adaptasi terhadap
kecilnya peluang bertemunya sel telur dan sperma di luar tubuh.
Berdasarkan
tempat embrio berkembang, terdapat tiga golongan ikan yaitu ovipar, vivipar dan
ovovivipar. Golongan ovipar adalah golongan ikan yang mengeluarkan telur pada
waktu pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan ovovivipar adalah ikan-ikan
yang melahirkan anak-anaknya. Pada golongan ovovivipar, sel telur cukup banyak
mempunyai kuning telur untuk memenuhi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa
dikatakan hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar,
kandungan telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh
hubungannya dengan plasenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan
makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar, sudah hampir
menyerupai induk dewasa.
3.5 Pembuahan
(fertilisasi)
Pembuahan
adalah bersatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk zigot. Pada proses pembuahan
ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini
masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel
(haploid).
Hanya satu
sperma yang dibutuhkan untuk membuahi satu sel telur (monosperm). Meskipun
berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel
telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang masuk
spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofil dan bersatu
dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofil
tersebut dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain
masuk.
Cara lain yang
digunakan sel telur mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi
kortikal mikrofil menjadi lebih sempit dan spermatozoa yang bertumpuk pada
saluran mikrofil terdorong keluar. Reaksi korteks juga berfungsi membersihkan
korion dari spermatozoa yang melekat karena akan mengganggu proses pernafasan
zigot yang sedang berkembang.
Ada beberapa
hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan yaitu spermatozoa yang tadinya
tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan
air dan dengan bantuan ekornya, bergerak ke arah telur. Selain itu, telur
mengeluarkan zat gimnogamon yang berperan menarik spermatozoa ke arahnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Reproduksi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya.
2. Perkembangan
gamet jantan dan betina diawali dengan pembelahan mitosis kemudian pembelhana
miosis untuk membentuk gamet yang haploid.
3. Spermatozoa
bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur
dengan air.
4.2 Saran
Untuk
menjaga ekosistem perairan, maka diharapkan bagi masyarakat agar dapat menjaga
kondisi lingkungan dengan baik. Terutama menjaga kualitas air budidaya di
tambak sebaik mungkin dan menghindari penggunaan bahan – bahan kimia beracun
yang dapat merusak kualitas air.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2006. “Bahan Ajar Mata Kuliah Ichtiologi”. Universitas Hasanuddin Makasar:
Makasar.
Ahira, Anne.
2011. “Mengenak Reproduksi Ikan”.anneahira.com.
Amri,
Khairul; Khairuman. 2008. “Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi”. PT.
AgroMedia Pustaka : Jakarta.
Effendi,
Irzal. 2009. “Pengantar Akuakultur”. Penebar Swadaya : Jakarta.
Fujaya,
Yushinta. 2004. ”Fisiologi Ikan (Dasar Pengembangan Teknik Perikanan)”. PT.
Rineka Cipta : Jakarta.